Jumat, 12 Juni 2015

makalah pengemulsi dan pengental



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
            Dalam produksi pangan olahan sangat dibutuhkan berbagai bahan pendukung yang dapat membuat produk yang dihasilkan bercita rasa lezat, berpenampilan menarik, tahan lama, serta mudah dalam pengangkutan dan pendistribusian.Adapun bahan pendukung itu lazim disebut Bahan Tambahan Pangan (BTP/Food Additive) atau Zat Aditif.
            Pengertian  BTP berdasarkan FAO-WHO adalah bahan-bahan yang ditambahkan secara sengaja ke dalam makanan dalam jumlah tertentu dan berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, tekstur, dan memperpanjang masa simpan.
            Dalam kehidupan sehari-hari, BTP sudah digunakan oleh masyarakat, termasuk dalam pembuatan makanan jajanan.Dalam prakteknya, masih banyak produsen pangan yang menggunakan bahan tambahan yang beracun atau berbahaya bagi kesehatan yang sebenarnya tidak boleh digunakan dalam makanan.Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan produsen pangan, baik mengenai sifat-sifat dan keamanan maupun mengenai peraturan tentang BTP.Karena pengaruh terhadap kesehatan umumnya tidak langsung dapat dirasakan atau dilihat, maka produsen seringkali tidak menyadari penggunaan BTP yang tidak sesuai dengan peraturan.
            Produsen makanan dianggap melanggar peraturan jika menggunakan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dilarang penggunaannya dalam pangan dan menggunakan BTP melebihi takaran maksimum yang diizinkan penggunannya dalam pangan.
            Salah satu Bahan Tambahan Pangan yang biasa di pakai masyarakat adalah pengemulsi, pemantap dan pengentalyang dapat membantu pembentukan  atau memantapkan sistem dispersi yang homogen pada makanan. Bahan tambahan makanan ini biasanya ditambahkan pada makanan yang mengandung air dan minyak, misalnya saus selada, margarine dan es krim.
1.2     Rumusan Masalah
Beberapa masalah yang akan di bahas di dalam makalah ini sebagai berikut:
1.      Apa yang di maksud dengan Pengemulsi dan pengental pada bahan pangan?
2.      Apa saja yang termasuk ke dalam bahan Pengemulsi, dan pengental?
3.      Berapa batas penggunaan maksimum masing-masing bahan?
4.      Bagaimanakah efek bahan Pengemulsi dan pengental pada kesehatan?


1.3     Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.      Memberikan informasi kepada pembaca tentang jenis-jenis bahan   Pengemulsi dan pengental yang biasa di pakai dalam pengolahan bahan pangan.
2.      Memberiakn informasi tentang nilai ambang batas bahan tambahan pangan yang boleh di konsumsi

















BAB II
PEMBAHASAN

2.1.    Pengemulsi
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan  dibutuhkan zat pengemulsi  atau emuligator untuk menstabilkan nya sehingga antara zat yang terdispersi dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan terpisah. Pengemulsi (emulsifier) adalah zat yang dapat mempertahankan dispersi lemak dalam air dan sebaliknya. Pada mayones bila tidak ada pengemulsi, maka lemak akan terpisah dari airnya. Contoh pengemulsi yaitu lesitin pada kuning telur, Gom arab dan gliserin.
 Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan campuran cairan polar dan cairan non polar. Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, di mana lemak terdispersi dalam air. Dalam susu terkandung kasein suatu protein yang berfungsi sebagai zat pengemulsi. Bebera contoh emulsi yang lain adalah pembuatan es krim, sabun, deterjen, yang menggunakan pengemulsi gelatin.
            Ciri-ciri pengemulsi berhubungan dengan sifat ampifilik, yaitu berhubungan tergantung dengan struktur molekulnya, bentuk molekulnya harus mempunyai gugus yang mempunyai fungsi sebagai hidrofilik ( kemampuan untuk bergabung dengan air) dan sebagai lipofilik ( kemampuan untuk bergabung dengan minyak). Sifat lifofilik merupakan sifat yang sangat dominan pada pengemulsi pangan, tetapi keseimbangan antara hidrofilik dan lipofilik dpat bermacam-macam tergantung pada komposisi kimianya.
            Fungsi- fungsi pengemulsi pangan dapat di kelompokkan menjadi tiga golongan utama, yaitu :
a.     Untuk mengurangi tegangan permukaan antara minyak dan air, yang mendorong pembentukan keseimbangan fase antara air, minyak dan pengemulsi pada permukaan yang memantapkan antara emulsi.
b.     Untuk sedikit mengubah sifat- sifat tekstur teknologi produk pangan, dengan pembentukan senyawa kompleks dengan komponen-komponen pati dan protein
c.      Untuk memperbaiki tekstur produk pangan yang bahan utamanya lemak dengan mengendalikan keadaan polimorf lemak.

      2.2.  Pengental
            Pengental yaitu bahan tambahan yang digunakan untuk menstabilkan, memekatkan atau mengentalkan makanan yang dicampurkan dengan air, sehingga membentuk kekentalan tertentu. Contoh pengental adalah pati, gelatin, dan gum (agar, alginat, karagenan).
                Secara umum bahan-bahan pengental dan pembentuk gel yang larut dalam air di sebut GOM, pentingnya gom dalam produk pangan adalah berdasarkan kepada ciri suka airnya yang mempengaruhi struktur pangan dan sifat-sifat yang berkaitan dengan ciri tersebut.
            GOM sebagian besar terdapat pada pangan alami di butuhkan sebagai bahan penting yang dapat berfungsi sebagai pengental, pembentuk gel dan pembentuk lapisan tipis, serta penggunaan lainnya yang berhubungan dengan fungsi tersebut, yaitu sebagai suspense, pengemulsi, pemantap emulsi, dan lain-lain.
      2.3      Sifat- sifat Dan Tujuan Penggunaan Beberapa Gom
                  2.3.1.      Gelatin
            Gelatin dapat di peroleh dari kolagen yang dapat di jumpai pada kulit dan tulang  belulang dan kasein tulang. Perubahan kolagen menjadi gelatin di hasilkan dengan ekstraksi kolagen dengan air panas setelah perlakuan dengan asam atau basa. Perlakuan kimia yang berbeda itu menghasilkan gelatin A dan gelatin B. kedua jenis tersebut dapat di bedakan berdasrkan titik isoelektriknya, yaitu gelatin A pada pH 8-9 dan gelatin B pada pH 5. Perbedaan jenis gelatin, keadaan bahan mentah, dan keadaan proses dapat menghasilkan gelatin yang mempunyai sifat fisik yang berbeda dan dapat mempengaruhi penampilan sampai pada suatu tingkatan.
            Gel gelatin umumnya dapat baik secara termis dan tidak mengalami sineresis. Gelatin B tidak cocok di gunakan pada keadaan pH lebih rendah dari 4,5, khususnya bila di gunakan pemanasan pada suhu tinggi. Meskipun demikian pengaruh yang dapat memecah gelatin tersebut dapat diimbangi dengan penggunaan jumlah gelatin yang banyak jika pengolahan di kendalikan baik-baik.
            Gelatin umumnya tidak larut dalam air dingin, tetapi kelarutannyaa naik pada suhu di atas 45oC, kecuali bubuk gelatin yang di peroleh dengan spray drying. Gel gelatinnya melebur pada suhu 25-28oC tergantung pada kandungan padatan dalam laruta. Sifat tersebut menyebabkan keterbatasan penggunaan gelatin.
            Gelatin di gunakan luas dalam industry pangan untuk pembuatan Kristal jelly, pudding yang di bungkus, es krim, sosis, dan dalam pengalengan daging. Gelatin juga dapat di gunakan dalam penjernihan minuman hasil fermentasi misalnya anggur dan lain-lain, di gunakan sebagai penahan buih dalam bir dan banyak di gunakan sebagai bahan pembuatan kapsul dalam industry farmasi. Meskipun harganya mahal di banding dengan harga hidrokoloid lainnya berdasarkan penggunaannya, peran gelatin mampu bertahan dalam pasaran untuk penggunaan dalam es krim. Sifat-sifat yang penting di samping berfungsi sebagai pemantap es krim, gelatin member sifat tekstur yang khas dan tahan terhadap perubahan suhu yang mendadak. Sifat tekstur khas tersebut sangat berbeda terhadap tekstur es krim yang mengandung gom santan atau gom kacang lokus atau campurannya sebagai pemantap.

                  2.3.2  Pektin
            Pectin adalah istilah untuk bahan-bahan pectin yang terestirifikasi sebagian ataupun ternetralisasi sebagian gugus karboksilnya. Pectin terdapat hampir pada semua tumbuhan tingkat tinggi, terdapat pada dinding sel lapisan- lapisan antarsel. Fungsi utamanya adalah sebagai perekat.
            pektin harus larut seluruhnya memungkinkan penggumpalan tidak terjadi. Jika pectin mengental akan sulit sekali untuk  melarutkannya. Makin sulit larut jika bahan padatan dalam medium makin banyak. Untuk memudahkan pelarutan pectin dapat di campur dengan padatan yang mudah larut seperti natrium bikarbonat, gula, atau disperse dalam alcohol, atau melarutkan terlebih dahulu dalam air panas pada suhu 60-80oC sampai kepekatan 10% dengan pengadukan cepat.
            2.3.3.       Pati
            Amilosa dan amilopektin adalah molekul-molekul penyusun utama pati. Secara umum pati terdiri dari 25 % amilosa dan 75 % amilopektin. Perbandingan ini menentukan secara umum sifat-sifat pati. Jenis pati yang banyak mengandung amilopektin, misalnya pati jagung dan pati tapioca mempunyai kemampuan lebih besar terhadap kekentalan larutan pada keadaan panas, daripada jagung biasa. Pati banyak di gunakan sebagai pengental, yang lebih mantap adalah pati termodifikasi.       Pati di gunakan sebagai pemantap emulsi pada saus selada jenis mayonnaise. Mayonaise adalah emulsi jenis semi padat, di buat dari minyak nabati sebanyak 65 % kuning telur atau telur seutuhnya, cuka atau jeruk dengan bumbu rempah dan gula.
                  2.3.4.      Ekstrak rumput Laut
            Agar-agar adalah istilah umum yang kebih berkaitan dengan cirri- cirri gel. Agar-agar terdiri atas fraksi yang mengandung sulfat di sebut agarosa dan fraksi yang tidak mengandung sulfat di sebut agaripektin. Agarosa dapat berbentuk gel, sedangkan agaropektin tidak dapat. Pada pemurnian agar, agaropektin di pisahkan sampai pada suatu tingkat.Agar bersifat anionic, dapat memebentuk gel yang jernih, liat yang tidak mantap pada perlakuan dan pembekuan-pelelehan. Penggunaan agar pada pangan sebagai pembentuk gel dalam industry rot, hasil olahan daging, ikan, dan lain-lain.
                  2.3.5       Algin
            Asam alginate adalah polisakarida linear yang terdiri atas rangkaian satuan- satuan asam D-Manuronat (M) dan asam L- Gukoronat yang bersambung dengan ikatan 1-4 glikosidik. Tingkat polimerisasi garam alginate tergantung pada spesies dan musim .kekentalan alginat turun pada pemanasan dan mungkin pecah pada suhu tinggi dalam waktu yang lama .kekentalan kembali normal pada pendinginan, jika tidak terjadi pemechan kimiawi. Kekentalan asam alginate tidak di pengaruhi pada pH 4-10. Di bawah pH 4, kekentalan cendrung naik karena kelarutannya rendah dalam asam, penurunan pH selanjutnya asam, dan penurunan pH selanjutnya asam alginate mengendap.
             Penggunaan asam alginate dalam industry pangan adalah sebagai pemantap es krim, susu, keju dan sebagai pembentuk gel dalam pudding. Sebagai pembentuk suspense dan pengental dalam minuman dari buah-buahan dan minuman lainnya , sebagai pemantap buah pada bir, sebagai pengemulsi pada saus dan pembentuk lapisan tipis dalam pelapisan daging, ikan dan hasil olahan lainnya.
                  2.3.6.       Karagenan
            Karagenan di peroleh dari ekstrak rumput laut merah, Chondrus sp, Gigartina sp, dan Eucheuma sp, sampai 86 spesies telah di manfaatkan.Setiap spesies memiliki susunan polimer keragenan yang beragam, dan hal itu juga tergantung umur rumput laut, musim dan sebagainy.Keragenan terdapat pada tanaman, umumnya dalam bentuk sejumlah polimer yang sangat mirip atau fraksi-fraksi yang perbandingan jumlahnya tergantung pada awal spesies.Keragenan larut dalam air, tetapi sedikit larut dalam pelarut-pelarut lainnya, umumnya perlu pemanasan agar karagenan larut semuanya.Biasanya pemanasan di lakukan sampai suhu 50-80oC, tergantung adanya kation yang dapat mendorong pembentukan gel seperti ion kalium dan factor lainnya.Kemampuan karagenan untuk membentuk gel dengan ion-ion merupakan dasar dalam penggunaannya di bidang pangan. Sifat- sifat keragenan yang unik sebagai hidrokoloid adalah reaktivitasnya dengan beberapa jenis protein, khususnya dengan protein susu yang  menyebabkan timbulnya sifat-sifat yang menjadi alasan banyak penggunaannya dalam pangan.

2.4     Batas Penggunaan Maksimum
            Persyaratan sesuai Permenkes RI.No. 722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP), untuk pengemulsi, dan pengental seperti tertera pada table berikut ini.
Tabel 1. Batas penggunaan maksimum untuk pengemulsi dan pengental
NO
Nama BTP
Jenis/Bahan Pangan
Batas maksimum  Penggunaan
1














Agar
Es krim



Yoghurt beraroma dan produk lain yang di panaskan setelah fermentasi
Sediaan keju olahan

Sardine dan ikan sejenis sardin kalengan


Kaldu
10g/kg, tunggal atau campuran denganpengemulsi, pengental,dan penstabil lain

5g/kg, tunggal atau campuran dengan pengental lain


8g/kg, tunggal atau campuran dengan produk lain
5g/kg, hanya dalam media pengepak, tunggal atau campuran dengan pengental lain.
Secukunya
2.     
Amonium alginat
Es krim dan sejenisnya



10g/kg, tunggal atau campuran dengan pengemulsi, pengental dan penstabil lainnya

3.       3
Asam alginat
Sardin dan ikan sejenis sardine


Keju
20g/kg hanya dalam  media pengepak, tunggal atau campuran dengan pengental lain
5g/kg, tunggal atau campuran dengan pengental lain.
4.       4
Asetil dipati adipat
Lihat asetil dipati gliserol. Yoghurtnberaroma dan produk lain yang di panaskan setelah fermentasi
Kaldu
Lihat asetil dipati gliserol 5g/kg, tunggal atau campuran dengan campuran pati lain.



Secukupnya
5.       5
Asetil dipati fosfat
Lihat asetil dipati adipat PASI
Lihat asetil dipati gliserol 2g/kg, tunggal atau campuran dengan senyawa pati lain untuk produk dengan olahan dasar asam amino dan protein terhidrolisa
6.      6
Asetil dipati gleserol
Es krim dan sejenisnya

Sardin dan sejenis sardine kalengan


Sayur kalengan yang mengandung mentega, lemak, dan minyak

Pangan  bayi
30 kg, tunggak atau campuran dengan pati lainnya
20 kg, hanya dalam media pengepak, tunggal atau campuran dengan pengental lain
10 kg, tunggal atau campuran dengan pengental lain


60g/kg, tunggal atau campuran dengan pati lain
7.       7
Dekstrin, pati gosong, putih dan kuning
Es krim dan sejenisnya


Yoghurt beraroma dan produk lain yang di panaskan setelah fermentasi

Keju
15 g/kg, tunggal atau campuran dengan pati lain

10g/kg, tunggal atau campuran dengan pati lain



5g/kg, campuran krim, tunggal dengan pemantap lain
8.       8
Dikalium Fosfat
Lihat dikalsium fosfat
Lihat dikalsium fosfat
9.       9
Dikalsium Fosfat
Sediaan keju olahan


Susu evaporasi: susu kental manis;krim



Susu bubuk;krim bubuk
9g/kg, total fosfat di hitung sebagai P2O5

2g/kg, tunggal atau campuran dengan pemantap lain (jumlah total 3g/kg) di hitung terhadap pecahan anhidrat

5g/kg, tunggal atau campuran dengan fosfat lain, di hitung sebagai P2O5
10.   10
Dinatrium difosfat
Sediaan keju olahan
9g/kg, total fosfat, di hitung sebagai P2O5

11.   11
Dinatrium Fosfat
Lihat dikalsium Fosfat
Lihat dikalsium fosfat
Sumber: permenkes RI.No. 722/Menkes/Per/IX/88

2.5     Efek Terhadap Kesehatan
            Efek pengemulsi dan pengental terhadap kesehatan dapat di ketahui pada Tabel  di bawah ini
Tabel 2 Efek terhadap kesehatan dari pengemulsi dan pengental
No
Nama BTP
Efek terhadap kesehatan
1.
Lesitin
Lesitin adalah nutrisi dan bersifat nontoksik
2.
Sodium laktat
Dapat menimbulkan keracunan tertentu pada anak-anak akrena anak-anak tidak tahan terhadap laktosa, tetapi tidak di temui sifat racunnya pada orang dewasa
3.
Potassium laktat
Dapat menimbulkan keracuan tertentu pada anak-anak karena anak-anak tidak tahan terhadap laktosa, tetapi tidak di temui sifat racunnya pada orang dewasa
4. 
Kalsium laktat
Tidak satupun diketahui
5.
Asam Sitrat
Asam sitrat apabila di konsumsikan terlalu banyak menyebabkan erosi pada gigi dan dapat menyebabkan iritasi lokal
6.
Sodium Sitrat
Dapat mengubah sekresi urine sehingga apabila dalam pemberian obat dapat menyebabkan obat kurang efektif
7.
Ammonium ferri sitrat
Mencegah anemia
8.
Kalsium disodium EDTA
Pemakaian EDTA yang berlebihan dalam bahan pangan dapat mengikat logam-logam yang di perlukan oleh tubuh seperti besi, seng, Cu, sehingga tubuh kekurangan logam-logam essensial.
9.
Asam Alginat
Pemakaian yang berlebihan dalam bahan pangan dapat menghambat proses penyerapan nutrisi tertentu seperti mineral dan unsure renik
10.
Sorbitol
Tidak terdapat resiko keracunan yang nyata tetapi penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan Flatulensi sementara atau intestinaldistention, tetapi juga mengurangi kadar kolesterol darah



BAB III
PENUTUP

3.1   Kesimpulan
            Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan  dibutuhkan zat pengemulsi  atau emuligator untuk menstabilkan nya sehingga antara zat yang terdispersi dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan terpisah. Pengemulsi (emulsifier) adalah zat yang dapat mempertahankan dispersi lemak dalam air dan sebaliknya. Pada mayones bila tidak ada pengemulsi, maka lemak akan terpisah dari airnya. Contoh pengemulsi yaitu lesitin pada kuning telur, Gom arab dan gliserin.
            Pengental yaitu bahan tambahan yang digunakan untuk menstabilkan, memekatkan atau mengentalkan makanan yang dicampurkan dengan air, sehingga membentuk kekentalan tertentu. Contoh pengental adalah pati, gelatin, dan gum (agar, alginat, karagenan).
            Persyaratan sesuai Permenkes RI.No. 722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP), untuk pengemulsi, dan pengental seperti tertera pada table diatas.
            Efek pengemulsi dan pengental terhadap kesehatan salah satunya dapat menimbulkan keracunan tertentu pada anak-anak karena anak-anak tidak tahan terhadap laktosa, tetapi tidak di temui sifat racunnya pada orang dewasa,  Asam sitrat apabila di konsumsikan terlalu banyak menyebabkan erosi pada gigi dan dapat menyebabkan iritasi lokal, Dapat mengubah sekresi urine sehingga apabila dalam pemberian obat dapat menyebabkan obat kurang efektif
      3.2.     Saran
            Dari makalah ini penulis menyarankan: Berhati-hatilah dalam mengkonsumsi makanan olahan yang banyak mengandung Zat Tambahan yang dapat berbahaya bagi kesehatan. Utamakanlah kandungan gizi dari pada cita rasa dan harga dalam memilih bahan pangan yang akan di konsumsi

DAFTAR PUSTAKA
Anief, 2000, Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek, Gadjah Mada University        press, Jogjakarta.
Cahyadi, wisnu. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Jakarta : Bumi Aksara.
Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Deputi III, Badan POM  RI.Pengaturan & Penggunaan Bahan Tambahan Pangan

Ian, 17 Januari 2009 , sistem koloid  http://blogkita.info/tag/emulsi/
Ibnuhayyan, 10 September 2008, colloid-chemistry
Ladytulipe, 4 januari 2009 , Emulsi    http://ladytulipe.wordpress.com/2009/01/04/emulsi/

Nuranimahabah, 16 Mei 2009, koloid suspense larutan (kimia)










Tidak ada komentar:

Posting Komentar